Loading

JSS TRIPLER : BAGI-BAGI $10 GRATIS UNTUK ANDA


DAPATKAN $10 GRATIS UNTUK ANDA YANG MENDAFTAR SEKARANG !!!


JSS Tripler merupakan salah satu program Investasi yg dimiliki oleh JBP (Just Been Paid) yang didirikan oleh Frederick Mann pada tahun 2004 dan terus berkembang dengan inovasi terbaru hingga sekarang.
Populer di indonesia sejak 17 februari 2011 bersamaan dengan boomingnya JSS-Tripler program Invest terbaru JBP.
Jadi kalau mau ikutan program JSS Tripler, Anda harus daftar terlebih dahulu di Website JBP daftarnya Gratis. KLIK DISINI

Apa Sih JSS Tripler ???
JSS Tripler… adalah program Investasi yang memberikan Profit 2% per hari, 60% per bulan, 150% per 75 hari untuk setiap Investasi Anda. (di JSS Tripler INVESTASI = SAHAM / POSISI masa kontrak 75 hari) dan masih ada satu lagi bonus yang bisa anda dapat yaitu Bonus Matrix 150%, jadi Total Profit yang diberikan JSS Tripler ke Anda sebesar 300%.

Apa yang menjadi penghasilan JSS-Tripler hingga berani memberikan profit 2% per hari, 60% per bulan, 150% per 75 hari dan Bonus Matrix ke setiap membernya ???

Sumber Penghasilan JSS-Tripler Yaitu :

1. JBP Admin’s Jss-Tripler account.
2. Advertising Sales.
3. JBP1 (The Big Success Breakthrough)
4. JBP2 (Killer Success Tricks)
5. JBP3 (More Killer Success Tricks)
6. JSS-Warp
7. JSS-Booster
8. JBP’s Synergy Surf (JSS)
9. Sale Of Referrals
10. Other income stream to be developed (Including “Project Certo Power)

Bagaimana Cara Kerja JSS-Tripler ???

Cara Kerja JSS Tripler :

Untuk mendapatkan Profit 2% per hari Anda harus MEMBELI SAHAM / POSISI DI JSS-Tripler.
Dimana 1 Saham JSS-Tripler = $10 USD, dan Anda boleh membeli lebih dari 1 Saham.
Sekali lagi setiap Saham JSS-Tripler yg Anda Beli akan memberikan Profit 2% per hari, 60% per bulan, 150% per 75 hari (Masa Kontrak 75 hari) dan masih ada satu lagi bonus yang bisa anda dapat yaitu Bonus Matrix 150%, jadi Total Profit yang diberikan JSS Tripler ke Anda sebesar 300%.

Setelah hari ke 75, Saham yang anda beli jadi matang / hangus / mature, tidak lagi menghasilkan Profit, dan Anda bisa memulai membeli Saham baru lagi, dengan Porfit yang sudah Anda dapatkan yaitu 150% selama 75 hari.

Contoh Perhitungan Profit 2% perhari : Anda membeli 50 Saham = (50 x $10 USD = $500 USD)
Dan Setiap hari dari 1 Saham yang Anda miliki akan mendapatkan Profit 2% ($10 USD x 2% = $0.2 USD)
Jadi jumlah Profit dari 50 Saham Anda = 50 Saham x $0.2 USD= $10 USD per hari selama 75 hari.

Perhitungan Profitnya Sangaat Mudah sekali
Perhatikan Contoh di bawah
PROFIT yang Anda Peroleh tergantung Saham yang anda beli :
Beli 1 Saham senilai $10 USD = Profit Anda $0,2 USD perhari X 75 hari = $15
Beli 10 Saham senilai $100 USD = Profit Anda $2 USD perhari X 75 hari = $150
Beli 100 Saham senilai $1.000 USD = Profit Anda $20 USD perhari X 75 hari = $1.500
Beli 1.000 Saham senilai $10.000 USD = Profit Anda $200 USD perhari X 75 hari = $15.000
Saat ulasan ini dibuat, JSS Tripler memberikan $10 GRATIS bagi anda yang baru mendaftar, uang ini dapat digunakan untuk membeli 1 saham yang akan memberi profit $0,2 perhari.

INGIN BERGABUNG, KLIK DISINI

CARA KLAIM $10 GRATIS DARI JSS TRIPLER :

Bagi yang sudah daftar langsung saja ikuti panduan berikut ini:

1. Klik disini untuk login di justbeenpaid.
2. Isi Member ID, Password dan Code Image. Kemudian klik Tombol Log in.



3. Setelah login dan masuk ke Member Are (Back Office). Klik pada tulisan JSS Tripler pada kotak yang berwarna biru.


4. Selanjutnya konfirmasikan Keanggotaan JSS Tripler kalian. Kemudian Klik Submit Your Contact Information To Proceed.


Selamat Bonus Pendaftaran sebesar 10 Dollar telah kalian dapatkan.



Selanjutnya manfaatkan bonus pendaftaran yang telah kalian dapatkan untuk mendapatkan profit 2% Setiap harinya selama 75 hari.

Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada analisis regresi linear berganda yang berbasis ordinary least square (OLS). Jadi analisis regresi yang tidak berdasarkan OLS tidak memerlukan persyaratan asumsi klasik, misalnya regresi logistik atau regresi ordinal. Demikian juga tidak semua uji asumsi klasik harus dilakukan pada analisis regresi linear, misalnya uji multikolinearitas tidak dilakukan pada analisis regresi linear sederhana dan uji autokorelasi tidak perlu diterapkan pada data cross sectional.

Uji asumsi klasik juga tidak perlu dilakukan untuk analisis regresi linear yang bertujuan untuk menghitung nilai pada variabel tertentu. Misalnya nilai return saham yang dihitung dengan market model, atau market adjusted model. Perhitungan nilai return yang diharapkan dapat dilakukan dengan persamaan regresi, tetapi tidak perlu diuji asumsi klasik.

Uji asumsi klasik yang sering digunakan yaitu uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, uji normalitas, uji autokorelasi dan uji linearitas. Tidak ada ketentuan yang pasti tentang urutan uji mana dulu yang harus dipenuhi. Analisis dapat dilakukan tergantung pada data yang ada. Sebagai contoh, dilakukan analisis terhadap semua uji asumsi klasik, lalu dilihat mana yang tidak memenuhi persyaratan. Kemudian dilakukan perbaikan pada uji tersebut, dan setelah memenuhi persyaratan, dilakukan pengujian pada uji yang lain.

1. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah untuk melihat apakah nilai residual terdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki nilai residual yang terdistribusi normal. Jadi uji normalitas bukan dilakukan pada masing-masing variabel tetapi pada nilai residualnya. Sering terjadi kesalahan yang jamak yaitu bahwa uji normalitas dilakukan pada masing-masing variabel. Hal ini tidak dilarang tetapi model regresi memerlukan normalitas pada nilai residualnya bukan pada masing-masing variabel penelitian.

Pengertian normal secara sederhana dapat dianalogikan dengan sebuah kelas. Dalam kelas siswa yang bodoh sekali dan pandai sekali jumlahnya hanya sedikit dan sebagian besar berada pada kategori sedang atau rata-rata. Jika kelas tersebut bodoh semua maka tidak normal, atau sekolah luar biasa. Dan sebaliknya jika suatu kelas banyak yang pandai maka kelas tersebut tidak normal atau merupakan kelas unggulan. Pengamatan data yang normal akan memberikan nilai ekstrim rendah dan ekstrim tinggi yang sedikit dan kebanyakan mengumpul di tengah. Demikian juga nilai rata-rata, modus dan median relatif dekat.

Uji normalitas dapat dilakukan dengan uji histogram, uji normal P Plot, uji Chi Square, Skewness dan Kurtosis atau uji Kolmogorov Smirnov. Tidak ada metode yang paling baik atau paling tepat. Tipsnya adalah bahwa pengujian dengan metode grafik sering menimbulkan perbedaan persepsi di antara beberapa pengamat, sehingga penggunaan uji normalitas dengan uji statistik bebas dari keragu-raguan, meskipun tidak ada jaminan bahwa pengujian dengan uji statistik lebih baik dari pada pengujian dengan metode grafik.

Jika residual tidak normal tetapi dekat dengan nilai kritis (misalnya signifikansi Kolmogorov Smirnov sebesar 0,049) maka dapat dicoba dengan metode lain yang mungkin memberikan justifikasi normal. Tetapi jika jauh dari nilai normal, maka dapat dilakukan beberapa langkah yaitu: melakukan transformasi data, melakukan trimming data outliers atau menambah data observasi. Transformasi dapat dilakukan ke dalam bentuk Logaritma natural, akar kuadrat, inverse, atau bentuk yang lain tergantung dari bentuk kurva normalnya, apakah condong ke kiri, ke kanan, mengumpul di tengah atau menyebar ke samping kanan dan kiri.

2. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas adalah untuk melihat ada atau tidaknya korelasi yang tinggi antara variabel-variabel bebas dalam suatu model regresi linear berganda. Jika ada korelasi yang tinggi di antara variabel-variabel bebasnya, maka hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikatnya menjadi terganggu. Sebagai ilustrasi, adalah model regresi dengan variabel bebasnya motivasi, kepemimpinan dan kepuasan kerja dengan variabel terikatnya adalah kinerja. Logika sederhananya adalah bahwa model tersebut untuk mencari pengaruh antara motivasi, kepemimpinan dan kepuasan kerja terhadap kinerja. Jadi tidak boleh ada korelasi yang tinggi antara motivasi dengan kepemimpinan, motivasi dengan kepuasan kerja atau antara kepemimpinan dengan kepuasan kerja.

Alat statistik yang sering dipergunakan untuk menguji gangguan multikolinearitas adalah dengan variance inflation factor (VIF), korelasi pearson antara variabel-variabel bebas, atau dengan melihat eigenvalues dan condition index (CI).

Beberapa alternatif cara untuk mengatasi masalah multikolinearitas adalah sebagai berikut:
1. Mengganti atau mengeluarkan variabel yang mempunyai korelasi yang tinggi.
2. Menambah jumlah observasi.
3. Mentransformasikan data ke dalam bentuk lain, misalnya logaritma natural, akar kuadrat atau bentuk first difference delta.


3. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas adalah untuk melihat apakah terdapat ketidaksamaan varians dari residual satu ke pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang memenuhi persyaratan adalah di mana terdapat kesamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap atau disebut homoskedastisitas.

Deteksi heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan metode scatter plot dengan memplotkan nilai ZPRED (nilai prediksi) dengan SRESID (nilai residualnya). Model yang baik didapatkan jika tidak terdapat pola tertentu pada grafik, seperti mengumpul di tengah, menyempit kemudian melebar atau sebaliknya melebar kemudian menyempit. Uji statistik yang dapat digunakan adalah uji Glejser, uji Park atau uji White.

Beberapa alternatif solusi jika model menyalahi asumsi heteroskedastisitas adalah dengan mentransformasikan ke dalam bentuk logaritma, yang hanya dapat dilakukan jika semua data bernilai positif. Atau dapat juga dilakukan dengan membagi semua variabel dengan variabel yang mengalami gangguan heteroskedastisitas.

4. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi adalah untuk melihat apakah terjadi korelasi antara suatu periode t dengan periode sebelumnya (t -1). Secara sederhana adalah bahwa analisis regresi adalah untuk melihat pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat, jadi tidak boleh ada korelasi antara observasi dengan data observasi sebelumnya. Sebagai contoh adalah pengaruh antara tingkat inflasi bulanan terhadap nilai tukar rupiah terhadap dollar. Data tingkat inflasi pada bulan tertentu, katakanlah bulan Februari, akan dipengaruhi oleh tingkat inflasi bulan Januari. Berarti terdapat gangguan autokorelasi pada model tersebut. Contoh lain, pengeluaran rutin dalam suatu rumah tangga. Ketika pada bulan Januari suatu keluarga mengeluarkan belanja bulanan yang relatif tinggi, maka tanpa ada pengaruh dari apapun, pengeluaran pada bulan Februari akan rendah.

Uji autokorelasi hanya dilakukan pada data time series (runtut waktu) dan tidak perlu dilakukan pada data cross section seperti pada kuesioner di mana pengukuran semua variabel dilakukan secara serempak pada saat yang bersamaan. Model regresi pada penelitian di Bursa Efek Indonesia di mana periodenya lebih dari satu tahun biasanya memerlukan uji autokorelasi.

Beberapa uji statistik yang sering dipergunakan adalah uji Durbin-Watson, uji dengan Run Test dan jika data observasi di atas 100 data sebaiknya menggunakan uji Lagrange Multiplier. Beberapa cara untuk menanggulangi masalah autokorelasi adalah dengan mentransformasikan data atau bisa juga dengan mengubah model regresi ke dalam bentuk persamaan beda umum (generalized difference equation). Selain itu juga dapat dilakukan dengan memasukkan variabel lag dari variabel terikatnya menjadi salah satu variabel bebas, sehingga data observasi menjadi berkurang 1.

5. Uji Linearitas
Uji linearitas dipergunakan untuk melihat apakah model yang dibangun mempunyai hubungan linear atau tidak. Uji ini jarang digunakan pada berbagai penelitian, karena biasanya model dibentuk berdasarkan telaah teoretis bahwa hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikatnya adalah linear. Hubungan antar variabel yang secara teori bukan merupakan hubungan linear sebenarnya sudah tidak dapat dianalisis dengan regresi linear, misalnya masalah elastisitas.

Jika ada hubungan antara dua variabel yang belum diketahui apakah linear atau tidak, uji linearitas tidak dapat digunakan untuk memberikan adjustment bahwa hubungan tersebut bersifat linear atau tidak. Uji linearitas digunakan untuk mengkonfirmasikan apakah sifat linear antara dua variabel yang diidentifikasikan secara teori sesuai atau tidak dengan hasil observasi yang ada. Uji linearitas dapat menggunakan uji Durbin-Watson, Ramsey Test atau uji Lagrange Multiplier

Populasi dan Sampel

Populasi
Secara ringkas, populasi penelitian adalah keseluruhan objek penelitian, yaitu a set (or collection) of all elements possessing one or more attributes interests. Jadi setiap anggota populasi harus mempunyai karakteristik tertentu yang sama yang akan diteliti. Contoh populasi penelitian adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007, atau seluruh karyawan tetap pada perusahaan X, seluruh siswa sekolah X tahun ajaran 2007, atau seluruh pengguna sabun X di Kota Y dan sebagainya.

Hasil penelitian diharapkan dapat mewakili keseluruhan populasi penelitian yang telah ditetapkan di awal penelitian. Berbagai asumsi harus dipenuhi agar hasil penelitian dapat digeneralisasikan terhadap keseluruhan populasi penelitian. Beberapa asumsi statistik yang diperlukan misalnya normalitas data atau uji non response bias.

Untuk populasi dengan jumlah anggota populasi yang besar, maka dapat dilakukan penelitian terhadap sebagian dari anggota populasi tersebut, tetapi masih mempunyai ciri atau karakteristik yang mampu mewakili keseluruhan populasi penelitian tersebut. Sebagian anggota populasi tersebut sering disebut sampel yang dipilih atau ditentukan dengan berbagai metode ilmiah yang ada.

Sampel
Sampel adalah sebagian (cuplikan) dari populasi yang masih mempunyai ciri dan karakteristik yang sama dengan populasi dan mampu mewakili keseluruhan populasi penelitian. Sampel dipergunakan ketika jumlah seluruh anggota populasi terlalu banyak sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan penelitian terhadap populasi secara keseluruhan, misalnya populasi penelitian adalah masyarakat pada suatu kota tertentu. Sampel juga digunakan ketika jumlah populasi secara keseluruhan tidak dapat ditentukan secara pasti, misalnya populasi pengguna produk tertentu pada suatu kota.

Persyaratan utama adalah bahwa sampel harus mampu mewakili populasi secara keseluruhan. Oleh karena itu, penentuan jumlah sampel dan pengambilan sampel penelitian harus ditentukan secara sistematis agar benar-benar mampu mewakili populasi secara keseluruhan. Secara garis besar, metode penentuan jumlah sampel terdiri dari dua ciri, yaitu metode acak (random sampling) dan tidak acak (non random sampling). Metode acak adalah memberikan kesempatan kepada seluruh populasi penelitian untuk menjadi sampel penelitian tanpa melihat struktur atau karakteristik tertentu. Metode non random sampling dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada populasi dengan ciri atau karakteristik tertentu untuk menjadi sampel penelitian, di mana ciri dan karakteristik tersebut harus dikaitkan dengan tujuan penelitian.

Sebagai ilustrasi penelitian dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh dari beberapa rasio keuangan terhadap harga saham. Maka beberapa kriteria yang dapat diambil untuk penentuan non random sampling misalnya: Perusahaan tidak mengeluarkan kebijakan selama periode penelitian. Kriteria ini diambil karena kebijakan perusahaan dapat secara langsung merubah harga saham tanpa melihat ada atau tidaknya pengaruh dari rasio keuangan. Kebijakan tersebut misalnya stock split, merger dan akuisisi, right issue atau kebijakan yang lain. Selain itu masih dapat diberikan kriteria-kriteria yang lain yang mendukung pelaksanaan penelitian, misalnya ketersediaan data.

Pengujian Satu Arah dan Dua Arah

Kita sering mendengar istilah pengujian satu arah (one tailed) dan dua arah (two tailed). Dalam pembahasannya sering kali terjadi kesalahpahaman antara satu peneliti dengan peneliti yang lain, atau antara dosen dengan mahasiswa. Dalam berbagai laporan penelitian juga sering didapati, bahwa hipotesisnya satu arah, tetapi pengujiannya dua arah, atau sebaliknya. Hal tersebut sebenarnya kurang tepat secara statistik (rasanya gak enak kalau mau bilang salah) karena pengujian satu arah dan dua arah adalah hal yang tidak identik dan mempunyai nilai batas yang berbeda.

Pengujian dua arah adalah pengujian terhadap suatu hipotesis yang belum diketahui arahnya. Misalnya ada hipotesis, ‘diduga ada pengaruh signifikan antara variabel X terhadap Y’. Hipotesis tersebut harus diuji dengan pengujian dua arah. Sedangkan hipotesis yang berbunyi, ‘diduga ada pengaruh positif yang signifikan antara variabel X terhadap Y’. Nah, hipotesis tersebut harus diuji dengan pengujian satu arah. Bedanya apa? Lihat saja kedua hipotesis tersebut, ada kata positif dan tidak ada kata positif.

Jadi jika kita sudah mengetahui arah dari hubungan antara dua variabel, maka kita harus menggunakan pengujian satu arah. Coba perhatikan hipotesis ini, ‘diduga X berbeda dengan Y’. Nah pengujiannya apa? Ya jelas pengujian hipotesis dua arah. Berbeda dengan ini, ‘diduga X lebih tinggi dari pada Y’, di mana ini adalah pengujian hipotesis satu arah.

Perumusan hipotesis, apakah menggunakan arah atau tidak dilakukan berdasarkan telaah teoretis, atau merujuk kepada penelitian yang telah ada sebelumnya (kalau ada). Misalnya, sudah ada referensi bahwa variabel X berpengaruh secara signifikan terhadap variabel Y, maka jika kita akan melakukan replikasi terhadap penelitian tersebut, ya sebaiknya menggunakan hipotesis satu arah. Artinya kita melangkah lebih lanjut dari pada penelitian sebelumnya yang hanya mengetahui bahwa ada pengaruh saja. Penelitian kita akan memberikan manfaat lebih lanjut, yaitu bahwa pengaruh tersebut adalah positif atau negatif.

Jika kita menggunakan analisis regresi linear, maka untuk pengujian dua arah, dan menggunakan signifikansi sebesar 5%, maka signifikansi akan dilihat dari nilai signifikansi output, di bawah 0,05 (hipotesis diterima) atau di atas 0,05 (hipotesis ditolak). Kita tidak perlu melihat berapa nilai t outputnya, apakah positif atau negatif. Akan tetapi, jika kita menggunakan hipotesis satu arah, pada signifikansi 5%, maka nilai signifikansi output harus dibagi dengan dua terlebih dahulu. Misalnya output signifikansi adalah sebesar 0,96, maka hipotesis diterima, karena 0,96 : 2 = 0,48

Justifikasi Penerimaan Hipotesis

Biasanya pada naskah skripsi atau tesis yang menggunakan analisis linear regresi berganda akan mempunyai hipotesis parsial (diuji dengan uji t) dan hipotesis simultan (diuji dengan uji F). Fenomena tersebut seolah-olah sudah latah dilakukan oleh mahasiswa dan juga disetujui oleh dosen pembimbing, yang sangat mungkin bukan berasal dari ilmu statistik.

Perumusan hipotesis parsial didasari oleh dasar teori yang kuat dan dapat dengan mudah dilakukan oleh mahasiswa dengan bantuan dosen, karena dosen memang sangat menguasai tentang hal itu. Akan tetapi, sebenarnya hipotesis simultan sering kali didasari oleh teori yang seolah-olah dipaksakan. Sebenarnya uji F adalah untuk melihat kelayakan modal saja. Jika uji F tidak signifikan, maka tidak disarankan untuk melakukan uji t atau uji parsial. Jadi hipotesis simultan sebenarnya tidak selalu harus dirumuskan dalam suatu penelitian. Toh dasar teorinya juga sangat lemah.

Penentuan penerimaan hipotesis dengan uji t dapat dilakukan berdasarkan tabel t. Nilai t hitung hasil regresi dibandingkan dengan nilai t pada tabel. Jika t hitung > t tabel maka berarti terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial, dan sebaliknya jika t hitung < t tabel maka tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial. Hal tersebut juga berlaku untuk F hitung. Cara melihat nilai t tabel dan F tabel sudah banyak dibahas pada berbagai buku statistik. Misalnya untuk jumlah sampel 100 maka nilai t tabel untuk signifikansi 5% adalah dengan melihat nilai t dengan degree of freedom sebesar N – 2 = 100 – 2 = 98 untuk hipotesis dua arah. Nilai t dilihat pada kolom signifikansi : 2 = 5% : 2 = 0,025. Jika pengujian satu arah, maka df adalah 100 – 1 = 99 dan dilihat pada kolom 5%.

Untuk uji F, maka df dihitung dengan N – k – 1 dengan k adalah jumlah variabel bebas. Anda jangan bertanya, bagaimana kalau uji satu arah dan dua arah pada uji F. Uji F tidak mengenal arah, jadi ya pasti satu arah. Logika uji dua arah, adalah terdapat pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat, dan uji satu arah adalah terdapat pengaruh negatif/positif antara variabel bebas antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Lha kalau uji F kan uji simultan, jadi bagaimana menentukan arah positif atau negatif.

Variabel Penelitian

Secara singkat, variabel adalah gejala yang menjadi fokus peneliti untuk diamati. Tentunya banyak pengertian lain, dan silahkan Anda mencari definisi tentang variabel di sumber lain. Di sini akan diuraikan berbagai jenis variabel yang sering dijumpai dalam suatu penelitian. Penelitian anda, paling hanya memuat satu, dua, atau paling tiga dari jenis variabel di bawah

1. Variabel independen
Variabel independen adalah variabel yang menjadi sebab atau berubahnya suatu variabel lain (variabel dependen). Juga sering disebut dengan variabel bebas, prediktor, stimulus, eksougen atau antecendent.

2. Variabel dependen
Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel lain (variabel bebas). Juga sering disebut variabel terikat, variabel respons atau endogen. Variabel inilah yang biasanya dikupas dalam-dalam pada latar belakang penelitian. Biasanya diberikan porsi yang lebih dalam membahas variabel terikat dari pada variabel bebasnya karena merupakan implikasi dari hasil penelitian.

3. Variabel Moderating
Variabel moderating adalah variabel yang memperkuat atau memperlemah hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Sekali lagi, memperkuat atau memperlemah. Variabel moderating juga sering disebut sebagai variabel bebas kedua dan sering dipergunakan dalam analisis regresi linear, atau pada structural equation modeling. Sebagai contoh, hubungan ayah dan ibu akan semakin mesra dengan adanya anak. Jadi anak merupakan variabel moderating antara ayah dan ibu. Atau, selingkuhan merenggangkan hubungan ayah dan ibu, jadi selingkuhan merupakan variabel moderating antara ayah dan ibu.

4. Variabel intervening
Adalah variabel yang menjadi media pada suatu hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Sebagai contoh, cinta ibu terhadap ayah akan semakin kuat setelah berkeluarga. Jadi keluarga merupakan media bagi ibu dalam pengaruhnya terhadap ayah. Banyak contoh tentang regresi linear dengan variabel intervening.

5. Variabel kontrol
Variabel kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan, atau dijadikan acuan bagi variabel yang lain. Misalnya variabel kecepatan menulis murid-murid suatu sekolah, yang diukur dan dibandingkan kecepatan menulis murid sekolah lain. Bisa juga digunakan dalam analisis regresi linear dengan variabel kontrol.

Analisis Regresi Linier dengan SPSS


Misalkan kita ingin mengetahui pegaruh biaya produksi, biaya promosi dan biaya distribusi terhadap penjualan. Data yang telah dikumpulkan dari hasil pengamatan suatu produk selama 2 tahun, sebagai berikut :


Variabel dependen adalah Penjualan (Y), sedangkan variabel independen adalah Biaya Produksi (X1), Biaya Promosi (X2) dan Biaya Distribusi (X3). Untuk mengetahui apakah pengaruhnya signifikan atau tidak dengan melakukan pengujian yaitu uji F dan uji t. Serta dilakukan uji asumsi yaitu normalitas, multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi.

Langkah-langkah analisis regresi linier, sebagai berikut :

  • Klik ganda icon SPSS pada desktop atau klik pada start menu untuk mengaktifkan program SPSS.
  • Setelah muncul kotak dialog SPSS for Window maka klik Cancel (karena ingin membuat data baru)
  • Pada halaman SPSS data editor klik Variable View
  • Untuk memasukan variabel langkahnya sebagai berikut :
  • Ketik Y pada kolom name, pada label ketik Penjualan (Y), dan pada kolom Measure pilih Scale.
  • Pada kolom Name dibawahnya ketik X1, pada label ketik Biaya Produksi (X1) dan pada kolom Measure pilih Scale.
  • Pada kolom Name dibawahnya ketik X2, pada label ketik Biaya Promosi (X2) dan pada kolom Measure pilih Scale.
  • Pada kolom Name dibawahnya ketik X3, pada label ketik Biaya Distribusi (X3) dan pada kolom Measure pilih Scale.
  • Kolom-kolom lainnya biarkan isian default
  • Setelah selesai memasukan variabel maka selanjutnya klik Data View
  • Isikan data Y, X1, X2 dan X3 sesuai dengan variabelnya.


Analisis Regresi Linier


Analisis regresi linier digunakan untuk meramalkan suatu nilai variabel dependen dengan adanya perubahan dari variabel independen. Analisis regresi linier merupakan hubungan antara dua variabel atau lebih. Jika hanya menggunakan satu variabel independen maka disebut analisis regresi sederhana dan jika menggunakan lebih dari satu variabel independen maka disebut analisis regresi linier berganda. Dalam perhitungan regresi akan didapat koefisien regresi yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar perubahan variabel dependen jika nilai variabel independen dinaikan atau diturunkan, selanjutnya dari hasil persamaan regresi akan didapatkan nilai prediksi variabel dependen.

Asumsi yang mendasari pada analisis regresi linier adalah bahwa distribusi data adalah normal dan hubungan antara variabel dependen dan masing-masing variabel independen adalah linier. Selain itu terdapat asumsi klasik yang biasanya digunakan pada penelitian ekonomi, yaitu tidak adanya multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi pada model regresi.


Contoh-contoh kasus dengan analisis regresi linier antara lain sebagai berikut :
  • Penelitian tentang pengaruh antara biaya promosi terhadap tingkat penjualan.
  • Penelitian tentang pengaruh luas lahan, jumlah bibit, dan jumlah pupuk terhadap produksi cabai merah.
  • Penelitian tentang pengaruh IPK dan nilai bahasa inggris terhadap kemungkinan alumni dari perguruan tinggi mendapat pekerjaan atau tidak.
  • Penelitian tentang pengaruh rasio keuangan yaitu PER, ROI dan ROE terhadap harga saham pada perusahaan di BEI
  • Penelitian tentang pengaruh feature, reliability dan durability terhadap kepuasan konsumen produk handphone.

Analisis regresi linier tersebut diatas dapat diselesaikan dengan mudah menggunakan SPSS dan akan dibahas dengan menggunakan contoh dalam posting selanjutnya.


Variasi Penghitungan dan Penyetoran Pajak Penghasilan Pasal 21

Arja Sadjiarto
Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen Petra, Surabaya-Indonesia

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat variasi cara penghitungan dan penyetoran Pajak Penghasilan Pasal 21/26 di perusahaan besar dan memiliki kecenderungan untuk lebih patuh. Metode penelitian yang dipakai adalah studi kasus tunggal pada PT X, sebuah perusahaan manufaktur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di tahun 2006 ada perbedaan penghitungan dan penyetoran PPh Pasal 21/26 antara yang dilakukan PT X dengan yang diatur oleh peraturan perpajakan, khususnya untuk pegawai tetap dan tidak tetap (harian). Variasi cara penghitungan dilakukan pada pegawai tetap karena adanya penghitungan ulang saat penyusunan SPT PPh Pasal 21 Tahunan dan pada pegawai harian karena penyederhaan cara penghitungan PPh 21/26 yang dianggap relatif rumit.

Kata Kunci : pajak penghasilan, PPh Pasal 21, variasi penghitungan PPh Pasal 21

Abstract

The objective of this qualitative study is to describe the implementation of employment tax regulation on PT X, a manufacturing company and to confirm there are any tendencies to have a different method or the calculation may vary on employment tax and to explain the rationales behind them in such a big and tend-to-comply company. This qualitative study is done with single case study approach. The results of this study shows that in 2006, PT X calculated and paid the employment tax for permanent and non-permanent (daily-paid) employees with a different techniques as describe on the tax regulation.The variations is found on monthly employment tax calculation for permanent employees that will be recalculated on yearly basis and on daily-paid employee for calculation simplification.

Keywords : income tax, withholding employment tax, variation on employment tax calculation.

Jika ingin membaca Jurnal lengkapnya silahkan Klik Disini

User Satisfaction Using Webqual Instrument: A Research on Stock Exchange of Thailand (SET)

Josua Tarigan
Faculty of Economics, Petra Christian University, Surabaya-Indonesia

Abstract

User satisfaction held an important position in an organization to measure information system implementation excellence. Therefore, it is necessary for an organization to evaluate their delivered service using end-user satisfaction as feedback. The objectives of this study are to evaluate user satisfaction and examine the dimensions of WEBQUAL instrument which are valued by e-library user in Stock Exchange of Thailand (SET). This research conducted under WEBQUAL theory (Barnes and Vidgen) and end-user satisfaction theory (Doll and Torkzadeh). Analysis organized from a set of data which involve 341 responses from e-library systems end-users confirm some degree of positive association between WEBQUAL dimensions and end-user satisfaction.

Keywords : User satisfaction, e-library systems, WEBQUAL theory, end-user satisfaction theory.

Jika ingin membaca Jurnal lengkapnya silahkan Klik Disini

make cash

Hai Teman ...

Disini saya mau sharing pengetahuan tentang Akuntansi dan Perpajakan yang pernah saya pelajari, kalau ada kritikan atau saran jangan lupa isi komentarnya.
Besar harapan semoga tulisan disini dapat bermanfaat dan menambah wawasan.
Bila anda menemukan kesulitan dalam penyusunan Laporan Keuangan dan Laporan Pajak untuk Perusahaan anda.
Jangan Khawatir kami siap membantu, hubungi 081214712733

Sekarang

Ayat-ayat Al Quran

Chat

Katagori

Pengunjung

free counters
Locations of visitors to this page